
![]() |
Pappase’na Gurutta: 5 Wasiat Emas KH. Abdul Muin Yusuf untuk Para Ana’ Gurunna |
NARASIRAKYAT, SIDRAP – Peresmian sekretariat baru IKA-PPUW di Pangkajene tak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga momentum membumikan kembali pesan-pesan luhur Gurutta KH. Abdul Muin Yusuf kepada para muridnya, ana’ gurunna, agar terus menebar manfaat dan menjaga nilai perjuangan Islam.
Dalam sambutannya, para tokoh alumni mengingatkan kembali 5 pesan penting (pappase’na) dari Gurutta yang hingga kini menjadi pegangan hidup alumni PPUW:
-
"Jagai Pesantrennge Mbo’"
Pesantren bukan sekadar bangunan, tapi pusat ilmu dan cahaya. Gurutta mewanti-wanti agar pondok tetap eksis, berkembang, dan saling menguatkan antar sesama. Spirit ini mendorong alumni menjaga keberlangsungan pesantren sebagai benteng aqidah dan moral umat. -
"Narimakkuanaroh Ribentuk Organisasi Alumni"
Gurutta mendukung pembentukan IKA-PPUW agar alumni tak tercerai-berai. Organisasi ini diharapkan menjadi jembatan siame-ame’ dan siamase-mase’, saling membantu dalam kebaikan, termasuk menjaga warisan nilai dan tempat belajar yang telah membesarkan mereka. -
"Silahkan Berkarya, Tapi Tetap Islami"
Para murid diberi kebebasan untuk berkarya secara moderat dan bijaksana, namun tidak boleh lepas dari nilai-nilai Islam. Gurutta sering mengingatkan dengan kalimat khas: “Accemali Maliko nak, naikiya aja’na Mumali”—bijaklah dalam melangkah, jangan lupa asal usul. -
"Parellunna Okke Pusat dan Cabang"
Sinergi antara pengurus pusat dan cabang ditekankan Gurutta agar organisasi alumni berjalan seimbang, tidak timpang, dan selalu terkoneksi. Koordinasi ini penting untuk menjalankan program yang solid dan berdampak luas. -
"Jangan Cuma Jadi Penonton"
Kalimat sederhana ini menjadi slogan hidup Gurutta yang sangat membekas. Ia mendorong para alumni untuk aktif berkontribusi di masyarakat, menjadi pemain dalam perubahan, bukan hanya pengamat. Di mana pun berada, ana’ gurunna harus memberi manfaat.
Pesan Gurutta bukan sekadar nasihat, tetapi arah hidup. Ia menanamkan bahwa ilmu tanpa pengabdian adalah sia-sia. Maka, sudah waktunya para ana’ gurunna tampil ke depan, berkarya, bersatu, dan mengabdi—demi agama, pesantren, dan negeri.