
![]() |
Penulis : Muhammad Asmar, Departemen Ekonomi Kreatif Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Alauddin Makassar, |
NARASIRAKYAT, MAKASSAR — Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran, suara kritis datang dari kalangan intelektual muda. Muhammad Asmar, perwakilan dari Departemen Ekonomi Kreatif Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Alauddin Makassar, menyoroti secara tajam dampak lanjutan dari konflik tersebut terhadap ekonomi global dan Indonesia. Ia menyerukan langkah strategis kepada pemerintah, khususnya kepada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Teuku Riefky Harsya, untuk mengambil tindakan konkret.
Konflik yang membara di Timur Tengah bukan hanya ancaman regional, tetapi juga guncangan terhadap stabilitas energi dan pasar global. Sebagai dua negara berpengaruh dalam percaturan politik dan pasokan energi dunia, eskalasi antara Israel dan Iran telah memicu ketidakpastian pasar—khususnya harga minyak dan gas alam.
“Konflik ini bukan sekadar soal perang. Ini tentang pasokan energi dunia yang terganggu, dan Indonesia akan terkena dampaknya secara langsung,” ujar Muhammad Asmar, mahasiswa yang kini aktif mendorong advokasi ekonomi kreatif berbasis respons geopolitik.
Mengapa Indonesia Harus Waspada?
Indonesia merupakan negara net importer atau pengimpor bersih minyak. Artinya, ketika harga minyak global melonjak, beban subsidi energi dalam negeri ikut membengkak. Hal ini berimplikasi pada dua aspek krusial:
-
Kenaikan biaya produksi sektor industri.
-
Pelemahan daya beli masyarakat.
Muhammad Asmar menjelaskan, “Kita tidak bisa diam. Lonjakan harga minyak bisa mendorong inflasi dan memukul pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi UMKM dan sektor ekonomi kreatif sangat sensitif terhadap perubahan harga energi.”
Langkah Strategis yang Didesak
Dalam opininya, Muhammad Asmar mendorong pemerintah Indonesia melalui Kementerian Ekonomi Kreatif untuk:
-
Menyiapkan kebijakan protektif jangka pendek bagi pelaku ekonomi kreatif dan UMKM yang rentan terdampak fluktuasi harga energi.
-
Menggalakkan inovasi energi terbarukan untuk sektor ekonomi kreatif sebagai langkah jangka panjang kemandirian energi.
-
Mengusulkan subsidi energi hijau bagi pelaku usaha ekonomi kreatif berbasis digital dan lingkungan.
-
Mendorong sinergi antar-lembaga, termasuk Bank Indonesia, agar menjaga stabilitas Rupiah melalui kebijakan suku bunga dan intervensi moneter yang terukur.
“Bank Indonesia harus sigap menjaga stabilitas Rupiah. Kebijakan moneter yang pruden adalah tameng utama menghadapi capital outflow,” tegas Asmar.
Peran Mahasiswa dalam Isu Global
Seruan ini menjadi bukti bahwa mahasiswa tidak hanya sibuk di ruang kuliah, tapi juga mampu menelaah isu global dengan kacamata nasional. Mahasiswa hari ini adalah pengawal masa depan Indonesia. Pendekatan lintas sektoral, dari geopolitik hingga ekonomi kreatif, menunjukkan bahwa generasi muda bisa menjadi katalisator perubahan.
“Kita ingin Indonesia jadi negara yang siap, bukan reaktif. Dan itu dimulai dari pemikiran strategis,” tambah Asmar.
Dari Makassar untuk Indonesia, dari Indonesia untuk Dunia
Apa yang dilakukan oleh Departemen Ekonomi Kreatif DEMA UIN Alauddin Makassar adalah contoh nyata bagaimana intelektualitas mahasiswa mampu menjangkau isu global dan menerjemahkannya dalam konteks kebijakan nasional.
Mereka tidak hanya bicara, tapi menuntut aksi. Mereka tidak hanya mengkritik, tetapi menawarkan solusi.
Penutup: Kolaborasi Adalah Kunci
Dalam dunia yang saling terhubung, konflik yang terjadi ribuan kilometer jauhnya pun memiliki resonansi yang nyata di tanah air. Maka, solidaritas dalam bentuk strategi ekonomi yang terukur menjadi kewajiban. Pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan mahasiswa harus bersinergi.
“Jika ekonomi kreatif ingin tahan banting, maka ia harus adaptif terhadap dinamika global. Dan itu dimulai dari sekarang,” pungkas Muhammad Asmar.