
![]() |
Oleh: A. Muh Fuad Ansari (sekretaris bidang penalaran dan keilmuan Dewan Eksekusi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar) |
NARASIRAKYAT, MAKASSAR —Pembekalan KKN UIN Alauddin Makassar yang seharusnya menjadi pintu gerbang semangat pengabdian, justru menyisakan cerita pahit bagi ribuan mahasiswa. Auditorium megah berubah menjadi ruang pengap yang menampung hampir 3.000 mahasiswa dalam satu sesi penuh—tanpa AC yang memadai, tanpa air minum, bahkan tanpa sabun di toilet.
A. Muh. Fuad Ansari, Sekretaris Bidang Penalaran dan Keilmuan Dema Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin, menilai kondisi ini sebagai bentuk minimnya empati dan perencanaan dalam manajemen acara berskala besar. Ia menyebut, apa yang terjadi merupakan bentuk kegagalan kampus dalam menunjukkan penghormatan terhadap mahasiswanya.
“Kami hanya ingin diperlakukan layak—bukan sekadar dijejalkan dalam ruangan penuh, berkeringat dan kehausan, lalu disuruh menyerap materi,” tegasnya.
Menurutnya, kegagalan teknis ini telah menghilangkan tujuan utama dari pembekalan, yakni transfer ilmu dan semangat pengabdian. Ia pun mengusulkan adanya model pembekalan paralel, hybrid, atau pelibatan mahasiswa dalam perencanaan, agar tragedi ini tak terulang.
5 Fakta Menarik:
-
Diikuti ±3.000 mahasiswa dalam satu sesi di auditorium tanpa ventilasi dan AC memadai.
-
Tidak tersedia air minum, sabun toilet, atau fasilitas dasar lainnya.
-
Materi pembekalan gagal tersampaikan karena mahasiswa tidak tahan duduk lama dalam kondisi panas dan sesak.
-
Terjadi eksodus massal: banyak mahasiswa memilih keluar demi udara segar.
-
Kritik disampaikan sebagai ajakan evaluasi, bukan sekadar keluhan.
"Pengabdian tak bisa dibangun di atas ketidaknyamanan. Jika ingin melepas mahasiswa sebagai duta kampus, maka mulai dengan memuliakan mereka sejak pembekalan."