
![]() |
DEMA Saintek UINAM Tegaskan Pendidikan Bukan Sekadar Isi Perut, Tapi Bangun Masa Depan! |
NARASIRAKYAT, Makassar, 16 Agustus 2025 – Pernyataan Wakil Menteri Pendidikan, Prof. Stella Christie, yang menyebut Program Makan Bergizi Gratis (MBG) mampu meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris dan Matematika anak sekolah, menuai beragam tanggapan. Salah satunya datang dari Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Sains dan Teknologi IAI DDI Sidrap, Muh Alwi Nur, yang menyampaikan kritik satir namun tajam.
Alwi menyebut pernyataan Wamen tersebut menarik, tapi juga memunculkan tanda tanya besar. Dengan gaya sarkas, ia mengatakan, “Kalau benar MBG bisa meningkatkan dua kemampuan itu, saya usul MBG juga diberikan untuk Presiden ke-7 agar lebih cakap Bahasa Inggris, dan untuk Presiden ke-8 supaya lebih pintar Matematika. Jadi nanti ‘Wi Wek The Tok’ speaking-nya jadi lebih baik, dan hitungan 10+2 tidak lagi menjadi 13.”
Menurutnya, problem pendidikan di Indonesia tidak bisa hanya dilihat dari aspek gizi, tetapi lebih kompleks. Ia menegaskan, kurikulum yang sering berubah, distribusi guru yang tidak merata, hingga sarana prasarana pendidikan yang timpang antar daerah adalah persoalan mendasar yang harus dibenahi.
Data internasional mendukung kritik ini. PISA 2022 menempatkan Indonesia di peringkat 66 dari 81 negara dalam literasi membaca, matematika, dan sains. Sementara UNICEF mencatat 1 dari 2 anak Indonesia usia sekolah dasar belum mencapai kemampuan minimum membaca dan berhitung. Selain itu, data Kemendikbudristek menunjukkan masih ada lebih dari 20 ribu sekolah rusak di seluruh Indonesia.
Mengapa Pendidikan Harus Jadi Prioritas
Alwi menyampaikan tiga alasan utama:
-
Bonus Demografi 2030–2040 – 70% penduduk usia produktif bisa jadi berkah atau bencana, tergantung kualitas pendidikan.
-
Daya Saing Global – SDM Indonesia masih tertinggal dari negara ASEAN seperti Vietnam, Malaysia, dan Singapura.
-
Keadilan Sosial – Kesenjangan akses pendidikan memperlebar jurang ekonomi antara kaya–miskin, kota–desa.
Catatan Kritis DEMA Saintek
-
Evaluasi MBG: menu bergizi, distribusi tepat sasaran, dan dampak nyata pada prestasi.
-
Kurikulum: stabil, fokus pada literasi, numerasi, sains, dan teknologi.
-
Pemerataan guru: insentif untuk daerah 3T.
-
Infrastruktur sekolah: renovasi sekolah rusak, fasilitas digital di era teknologi.
-
Anggaran jelas: dana triliunan untuk pendidikan harus diawasi ketat.
Di akhir pernyataannya, Alwi menegaskan, “Kecerdasan bangsa tidak lahir dari piring nasi saja, tapi dari sistem pendidikan yang sehat, merata, dan berorientasi pada masa depan. Pemerintah harus ingat, investasi terbesar adalah manusia Indonesia itu sendiri.”
5 Fakta Menarik
-
Kritik mahasiswa terhadap Wamen Stella disampaikan dengan nada satir yang menyinggung Presiden ke-7 dan Presiden ke-8.
-
Data PISA 2022 menunjukkan Indonesia masih tertinggal jauh dalam kualitas pendidikan.
-
UNICEF menyebut separuh anak Indonesia SD belum bisa membaca dan berhitung dengan baik.
-
Lebih dari 20 ribu sekolah di Indonesia masih rusak, menurut Kemendikbudristek.
-
DEMA Saintek mengajukan 5 rekomendasi konkrit mulai dari evaluasi MBG hingga pemerataan guru di daerah 3T.
"Bangsa yang besar tidak hanya dibangun dengan makanan bergizi, tetapi dengan sistem pendidikan yang kokoh, adil, dan visioner. Dari ruang kelas yang sehat lahir pemimpin masa depan yang cerdas dan berdaya saing."