![]() |
Penulis Oleh: Edison Saade,Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin
Amir Yassi,Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin
Sri Susyanti Nur, Fakultas Hukum, Universitas Hasanuddin
NARASIRAKYAT --- Ketika isu ketahanan pangan dan perubahan iklim menjadi perhatian dunia, langkah konkret untuk mengatasi dua tantangan itu justru datang dari daerah. Di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Universitas Hasanuddin (Unhas) memperkenalkan inovasi Minapadi Vertikal — sistem budidaya ikan terintegrasi dengan padi apung — yang dilakukan melalui kegiatan Demplot di Desa Sipodeceng, Kecamatan Baranti.
Program ini bukan hanya eksperimen akademik, tetapi menjadi wujud nyata kolaborasi kampus dan masyarakat dalam menjawab persoalan strategis: bagaimana menyediakan pangan berkelanjutan sambil meningkatkan kesejahteraan petani dan pembudidaya ikan.
Sinergi Padi dan Ikan Filosofi dari Alam
Minapadi sejatinya adalah harmoni ekologis antara tanaman padi dan ikan dalam satu sistem lahan. Ikan memperoleh makanan alami dari sisa tanaman dan gulma, sementara kotoran ikan menjadi pupuk organik bagi padi.
Namun inovasi terbaru yang diperkenalkan oleh tim Unhas ini menghadirkan pendekatan baru — Minapadi Vertikal — di mana posisi ikan berada di bawah tanaman padi yang ditanam dalam pot plastik di atas lembaran gabus (styrofoam).
Sistem ini tidak sekadar efisien, tetapi juga adaptif terhadap wilayah rawan banjir seperti di Sidrap bagian tengah.
“Kami ingin menunjukkan bahwa lahan yang sebelumnya dianggap tidak produktif, bisa menjadi sumber pangan dan penghasilan bila dikelola dengan ilmu,” ujar Edison Saade, dosen FIKP Unhas sekaligus ketua tim pelaksana demplot.
Inovasi Akademik yang Berpijak di Sawah
Minapadi vertikal yang dikembangkan ini merupakan model baru yang pertama kali dikemukakan secara ilmiah oleh tim pengabdian masyarakat Universitas Hasanuddin dalam rangka Dies Natalis ke-69 Unhas tahun 2025.
Kegiatan ini resmi dilaksanakan berdasarkan SK Rektor Nomor 02074/UN4.1/KEP/2025 dan kontrak kerja Nomor 02073/UN4.22/PM.01.01/2025.
Teknologi ini menggunakan pot berisi tanah dan kompos di atas styrofoam berlubang, dengan jarak tanam sistem legowo 2:1. Bibit ikan ditebar di bawahnya, sehingga tercipta interaksi simbiotik antara akar padi dan sistem air kolam.
Keunggulan utama metode ini adalah tidak memerlukan saluran caren seperti minapadi horizontal, lebih ringan dalam persiapan lahan, serta dapat diterapkan di daerah tergenang air atau banjir tahunan.
Langkah Strategis Menuju Ketahanan Pangan
Minapadi vertikal secara langsung menyumbang terhadap misi nasional swasembada pangan. Dengan memproduksi pangan nabati (padi) dan pangan hewani (ikan) dalam satu lahan dan waktu yang sama, masyarakat mendapat efisiensi tinggi dalam produksi.
Program ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan terintegrasi, yakni pangan yang cukup, aman, beragam, bergizi, dan terjangkau.
Selain mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia, sistem ini juga membantu menjaga kualitas air dan tanah, serta berpotensi memperkuat ketahanan ekonomi rumah tangga petani.
“Teknologi sederhana tapi berdampak besar inilah yang dibutuhkan untuk memastikan Indonesia tidak hanya swasembada, tapi juga berdaulat pangan,” ungkap Amir Yassi, dosen Fakultas Pertanian Unhas.
Aspek Sosial dan Hukum: Menuju Kesejahteraan Petani
Tak hanya pada aspek teknis, kegiatan pengabdian ini juga menyentuh persoalan sosial-ekonomi masyarakat.
Tim Unhas memberikan dua bentuk sosialisasi pendukung:
-
Legalisasi Transaksi Lahan Sawah, untuk mencegah sengketa tanah akibat jual beli atau gadai tanpa dokumen sah. Legalitas tanah memberikan kepastian hukum, meningkatkan nilai aset, dan memudahkan akses pembiayaan.
-
Manajemen Usaha dan Disiplin Administrasi, untuk memperkuat pencatatan keuangan, pengelolaan stok, serta kepatuhan pajak dan hukum.
Sri Susyanti Nur, dosen Fakultas Hukum Unhas, menegaskan pentingnya kepastian hukum dan disiplin administrasi sebagai fondasi kesejahteraan petani:
“Kesejahteraan tidak hanya soal hasil panen, tapi juga kepastian hukum dan keteraturan dalam mengelola usaha.”
Puncak kegiatan pengabdian ini ditampilkan pada Expo Hasil Pengabdian Masyarakat Universitas Hasanuddin yang digelar di Kantor Bupati Sidrap, 30 September 2025.
Stand Minapadi Vertikal menjadi magnet utama pengunjung. Tampak hadir Bupati Sidrap H. Syaharuddin Alrif, Rektor Unhas Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., Ketua Senat Akademik Prof. Dr. drg. Baharuddin Thalib, dan anggota Wali Amanat Unhas Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc. Kehadiran para pemimpin daerah dan akademisi menandai bahwa inovasi kampus kini benar-benar berpijak di tanah masyarakat.
Minapadi vertikal bukan sekadar teknologi pertanian — ini adalah manifestasi ilmu pengetahuan yang berpihak pada rakyat. Ia mengajarkan bahwa solusi berkelanjutan tidak harus mahal, tetapi tepat guna, tepat sasaran, dan berpadu dengan kearifan lokal.










