
![]() |
Mappatoppo: Tradisi Wisuda Haji Jamaah PT. Almarhamah Cahaya Utama yang Penuh Haru dan Makna |
NARASIRAKYAT, Mina – Suasana haru menyelimuti para jamaah PT. Almarhamah Cahaya Utama usai menjalani puncak ibadah haji di Arafah. Di tengah tenda sederhana di Mina, mereka menggelar tradisi Mappatoppo—sebuah momen sakral khas Bugis-Makassar sebagai bentuk syukur dan penghormatan atas gelar "Haji" yang telah resmi disandang.
Tradisi ini digelar tepat setelah melontar jumrah aqabah dan dipimpin oleh pembimbing jamaah, H. Asyrah Burhanuddin. Para jamaah wanita mengenakan kembali pakaian ihram putih mereka, sementara jamaah pria tampil mengenakan baju Arab lengkap dengan songkok dan surban. Dalam suasana khidmat, setiap jamaah disematkan jilbab atau sorban di kepala, menandai "wisuda haji" secara simbolik.
5 FAKTA MENARIK:
-
Simbolik & Sakral: Penyematan sorban/jilbab adalah simbol penghormatan atas gelar haji yang sah, bukan sekadar formalitas.
-
Dilaksanakan Setelah Jumrah Aqabah: Tradisi dilakukan setelah prosesi penting ibadah haji, memperkuat makna spiritualnya.
-
Cerminan Budaya Bugis-Makassar: Tradisi ini membawa kearifan lokal hingga ke Tanah Suci, membuktikan identitas tetap lestari.
-
Pererat Ukhuwah: Mappatoppo menjadi momen mempererat solidaritas sesama jamaah dalam suasana penuh haru dan syukur.
-
Bukan Sekadar Seremonial: Ini adalah bentuk syiar nilai-nilai luhur dan semangat kebersamaan yang dibawa pulang ke tanah air.
"Mappatoppo bukan hanya seremoni, tapi perwujudan rasa syukur dan semangat untuk membawa pulang nilai-nilai haji dalam kehidupan nyata. Inilah haji yang mendarah daging, bukan hanya di kepala, tetapi dalam perilaku dan jiwa." Dr. H. Azhar Burhanuddin, pimpinan PT. Almarhamah Cahaya Utama.