![]() |
| Mahasiswa Arsitektur UNISAN Ahmad Kadavi |
NARASIRAKYAT, SIDRAP — Di tengah kesibukan perkuliahan semester tujuh, Ahmad Kadavi, mahasiswa jurusan Arsitektur Universitas Ichsan Sidenreng Rappang (UNISAN), mengambil peran nyata dalam proyek renovasi fasilitas sekolah di Kecamatan Panca Rijang. Proyek yang dikerjakan timnya berisi dua paket pekerjaan—satu paket mencakup 12 sekolah dan paket kedua sekitar 18 sekolah—atau lebih dari 30 sekolah secara total. Ahmad mengimbangi peran sebagai mahasiswa sekaligus tenaga profesional lapangan: survei, pengukuran, desain sederhana, hingga perhitungan teknis.
“Nama saya Ahmad Kadavi, jurusan Arsitektur semester tujuh. Yang saya kerjakan saat ini adalah proyek pekerjaan sekolah. Metode kerja kami dimulai dengan survei lapangan: mengukur, mengidentifikasi kebutuhan—misalnya plafon yang rusak, peninggian lantai, penambahan jendela—sesuai amanat kementerian,” kata Ahmad.
Bagaimana Ahmad Masuk ke Proyek Ini?
Kesempatan itu datang melalui jejaring profesional—sebuah posting di grup (komunitas arsitektur) oleh Ibu Hayati yang mengabarkan kebutuhan perusahaan akan tenaga yang memiliki kemampuan menggambar dan menghitung. Ahmad mencoba mendaftar, lolos seleksi, dan kemudian dipercaya memegang sebagian tanggung jawab proyek.
“Saya lihat spesifikasinya kebetulan cocok dengan kompetensi saya — saya bisa menggambar, saya bisa menghitung juga — jadi saya coba-coba daftar dan lulus,” ujar Ahmad.
Tim dan Metode Kerja
Setiap tim proyek dibagi per paket; tim yang dipimpin Ahmad beranggotakan empat orang. Dua anggota tim adalah mahasiswa arsitektur — Ahmad dan rekannya Radit — sementara dua anggota lain berasal dari latar belakang teknis/perusahaan. Langkah kerja yang dijalankan secara berurutan meliputi:
-
Survei lapangan — identifikasi masalah dan pengukuran nyata.
-
Analisis kebutuhan — menentukan solusi teknis (perbaikan plafon, peninggian lantai, ventilasi/jendela).
-
Gambar kerja & perhitungan — membuat gambar kerja dan menghitung bahan dan biaya.
-
Koordinasi dengan pihak sekolah & pemangku kepentingan — memastikan pekerjaan sesuai standar dan aman.
Ahmad menekankan bahwa pekerjaan harus sesuai amanat kementerian, sehingga solusi teknis juga menyesuaikan standar keselamatan dan fungsi belajar-mengajar.
Tantangan & Pembelajaran
Menjadi mahasiswa yang juga bekerja di lapangan membawa tantangan manajemen waktu: menyusun jadwal kuliah, tugas akhir, dan waktu survei/lapangan. Namun, pengalaman ini memberi keuntungan besar—Ahmad dan tim memperoleh kompetensi praktis yang sulit didapat hanya di ruang kelas: komunikasi dengan pemangku sekolah, pembuatan gambar kerja yang bisa dieksekusi, serta perhitungan kebutuhan material dan biaya.
Ahmad menyatakan, “Tidak semua orang diberi kesempatan menangani proyek seperti ini. Dari sini saya pelajari bagaimana teori bertemu praktik, dan bagaimana pekerjaan saya berdampak langsung pada kenyamanan dan keselamatan anak-anak di sekolah.”
Mengapa Proyek Ini Penting?
-
Skala sosial: Perbaikan fasilitas sekolah menyentuh langsung kualitas ruang belajar untuk ratusan—mungkin ribuan—siswa.
-
Keterkaitan standar publik: Pekerjaan disesuaikan dengan arahan/amanat kementerian sehingga memastikan standar minimum fasilitas pendidikan terpenuhi.
-
Pengembangan kapasitas mahasiswa: Mahasiswa seperti Ahmad memperoleh pengalaman implementasi yang meningkatkan daya saing saat memasuki dunia kerja.
-
Model kolaborasi: Proyek memperlihatkan sinergi antara institusi pendidikan (UNISAN), tenaga profesional, perusahaan, dan komunitas lokal.
-
Efek jangka panjang: Ruang belajar yang aman dan nyaman berpotensi meningkatkan kehadiran dan kualitas pembelajaran.
5 Fakta Menarik
-
Lebih dari 30 sekolah menjadi target pekerjaan dalam dua paket proyek yang sedang ditangani tim Ahmad.
-
Tim inti berjumlah 4 orang, di mana dua anggota merupakan mahasiswa arsitektur (Ahmad dan Radit).
-
Rekrutmen melalui komunitas profesional—peluang kerja datang dari postingan Ibu Hayati di grup arsitektur.
-
Langkah awal selalu survei lapangan, bukan langsung menggambar—Ahmad menekankan pentingnya mengukur kondisi nyata terlebih dahulu.
-
Ahmad memadukan kemampuan menggambar teknis dan perhitungan struktural, sehingga ia menjadi kandidat yang memenuhi spesifikasi perusahaan.
Dampak & Rekomendasi Singkat
-
Untuk kampus: Dorong lebih banyak program magang terstruktur agar mahasiswa mendapat pengalaman proyek nyata dengan pengawasan akademik.
-
Untuk sekolah & pemerintah lokal: Libatkan mahasiswa lokal pada program renovasi untuk mempercepat pekerjaan sekaligus menjadi pelatihan teknis yang murah dan efektif.
-
Untuk mahasiswa: Keaktifan di komunitas profesional (grup/jejaring) membuka peluang proyek nyata.
Ahmad Kadavi membuktikan bahwa belajar tidak berhenti di ruang kuliah — ketika ilmu bertemu kesempatan, hasilnya adalah perubahan nyata untuk komunitas. Dari mengukur plafon hingga merancang ventilasi, setiap langkah kecilnya hari ini menjadi investasi besar bagi keselamatan dan kenyamanan generasi berikutnya. Semoga kisah ini memotivasi lebih banyak mahasiswa untuk berani melangkah: belajar, bekerja, dan berkontribusi untuk kebaikan bersama.










