
![]() |
Presma UIN Makassar Puji Program MBG: ‘Ini Bukan Sekadar Makan Gratis, Tapi Soal Kedaulatan Pangan!’ |
NARASIRAKYAT, Makassar — 5 Oktober 2025, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi pemerintah pusat terus menjadi sorotan positif dari berbagai kalangan, termasuk dari dunia kampus. Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Muh. Zulhamdi Suhafid, menilai MBG sebagai terobosan besar dalam pembangunan ketahanan pangan nasional sekaligus upaya strategis meningkatkan kualitas gizi pelajar Indonesia.
Namun, di balik apresiasi itu, Zulhamdi menegaskan perlunya penguatan tata kelola dapur dan sistem pengawasan di bawah koordinasi Badan Gizi Nasional (BGN) agar pelaksanaan program berjalan efektif, higienis, dan tepat sasaran di seluruh daerah.
“Program MBG adalah langkah besar pemerintah dalam membangun generasi unggul. Karena itu, kita semua perlu mendukung penguatan tata kelola dapur agar setiap penyedia makanan menjalankan prosedur sesuai SOP BGN,” ujarnya.
Zulhamdi menilai bahwa MBG memiliki makna strategis yang jauh melampaui sekadar pemberian makan gratis. Program ini adalah pondasi penting dalam membentuk generasi muda yang sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi.
Dengan menyediakan makanan bergizi secara merata untuk pelajar SD, SMP, hingga SMA, MBG turut memastikan bahwa anak-anak Indonesia mendapatkan asupan gizi seimbang yang mendukung tumbuh kembang optimal. Hal ini diyakini akan berdampak langsung pada peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan.
Selain itu, Zulhamdi menyoroti dampak ekonomi lokal yang ditimbulkan MBG. Program ini membuka ruang luas bagi pemberdayaan petani, peternak, dan nelayan lokal, karena bahan pangan yang digunakan sebagian besar diambil dari daerah sekitar.
“MBG bukan hanya soal makan gratis, tetapi soal kedaulatan pangan. Ia menggerakkan ekonomi desa, memperkuat rantai pasok lokal, dan menjadi bagian dari visi besar Indonesia dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional,” tegasnya.
Dalam pandangan Zulhamdi, MBG juga berfungsi sebagai sarana edukatif bagi masyarakat. Ia mendorong agar program ini mengutamakan bahan pangan lokal — seperti sayur, ikan, telur, dan buah-buahan daerah — karena selain bergizi tinggi, juga mencerminkan kemandirian pangan bangsa.
“Kita harus melihat MBG sebagai program edukatif, bukan konsumtif. Sumber gizi terbaik sebenarnya ada di sekitar kita,” tuturnya.
Dengan pendekatan tersebut, MBG tidak hanya memberi makan, tetapi juga mendidik masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang dan potensi besar yang dimiliki produk pangan lokal.
Zulhamdi juga menekankan bahwa keberhasilan MBG membutuhkan sinergi lintas sektor — melibatkan pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat.
Ia mengusulkan agar dunia kampus turut berperan aktif, khususnya dalam riset gizi dan inovasi teknologi pangan yang dapat memperkuat pelaksanaan MBG di lapangan.
“MBG harus menjadi ruang kolaborasi. Pemerintah, kampus, sektor pertanian, dan kesehatan harus bergandengan tangan demi satu tujuan besar: membangun generasi yang sehat dan berdaya saing,” ujarnya.
5 Fakta Menarik Tentang MBG
-
Program Visioner Nasional: MBG dirancang untuk memperkuat gizi pelajar di seluruh Indonesia, terutama di daerah tertinggal dan rentan pangan.
-
Fokus Gizi dan Edukasi: Tidak hanya menyediakan makanan gratis, MBG juga menanamkan nilai edukasi gizi seimbang dan pentingnya pangan lokal.
-
Dampak Ekonomi Lokal: Petani, nelayan, dan pelaku UMKM menjadi bagian dari rantai pasok bahan baku MBG.
-
Koordinasi BGN: Badan Gizi Nasional berperan sebagai pengawas mutu dan penjamin keamanan pangan.
-
Dukungan Akademisi: Kalangan kampus, termasuk UIN Makassar, aktif mendorong inovasi dan riset untuk memperkuat efektivitas program.
Program Makan Bergizi Gratis adalah wujud nyata perhatian negara terhadap masa depan generasi muda. Namun, keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada pemerintah, melainkan juga partisipasi seluruh elemen bangsa.