![]() |
“Sumpah Pemuda Sebagai Doktrin Stabilitas Nasional” HMI Korkom Perintis Gelar Diskusi Publik di Makassar |
NARASIRAKYAT, Makassar, 31 Oktober 2025 — Dalam semangat memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-97, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Koordinator Komisariat Perintis Cabang Makassar sukses menggelar diskusi publik bertema “Sumpah Pemuda Sebagai Doktrin Stabilitas Nasional: Mengurai Ancaman Ideologi Digital, Disinformasi, dan Integritas Kebangsaan”, Jumat (31/10/2025) di Mini Ballroom Universitas Fajar Makassar.
Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 14.00 WITA hingga sore hari itu dihadiri ratusan peserta dari berbagai kampus di Makassar. Acara ini menjadi ruang strategis bagi mahasiswa dan pemuda untuk meneguhkan kembali semangat persatuan bangsa di tengah ancaman disinformasi dan infiltrasi ideologi di era digital.
Diskusi publik ini menampilkan empat narasumber dengan latar belakang berbeda, yang masing-masing memberikan pandangan mendalam tentang stabilitas nasional di tengah arus informasi digital yang kian deras.
-
IPDA Ahmad Fatir, S.H., M.H., C.P.M. – Panit 2 Unit 2 Subdit 6 Ditreskrimsus Polda Sulsel
Menyoroti potensi penyebaran ideologi digital yang dapat mengancam keamanan nasional. Ia menekankan pentingnya literasi hukum dan kesadaran digital di kalangan pemuda untuk menangkal hoaks dan propaganda destruktif. -
Dr. Muliyadi Hamid, S.E., M.Si. – Rektor Universitas Fajar
Memberikan perspektif akademis tentang relevansi Sumpah Pemuda sebagai “doktrin sosial” yang membentuk integritas kebangsaan. Ia menilai nilai-nilai persatuan harus diadaptasi secara kontekstual dalam dunia maya. -
H. Mahmud – Anggota DPRD Prov. Sulawesi Selatan
Menegaskan peran organisasi kemahasiswaan dalam menjaga nilai persaudaraan di tengah polarisasi opini digital. Ia menyerukan agar HMI tetap menjadi garda moral bangsa dalam menghadapi isu ideologis modern. -
H. Suherman, S.E., M.M. – Kepala Bidang Kepemudaan dan Olahraga, Bapeten Sulsel
Menguraikan kebijakan pemerintah dalam memperkuat pembinaan pemuda berjiwa nasionalis dan berketahanan ideologis terhadap ancaman digital.
Acara dibuka secara resmi oleh Sarah Agusallim, Ketua Umum HMI Cabang Makassar, dan Muh. Nur Fadil Sukiman, Ketua Umum HMI Korkom Perintis. Dalam sambutannya, keduanya menegaskan bahwa Sumpah Pemuda bukan sekadar peringatan sejarah, melainkan landasan moral dan etika digital bagi generasi muda.
“Persatuan tidak hanya diuji di jalanan atau forum politik, tapi juga di layar ponsel kita,” ujar Muh. Nur Fadil Sukiman dalam penutupan kegiatan.
“Jika pemuda tidak mampu menjaga integritas kebangsaan dari hoaks dan ideologi menyimpang, maka cita-cita Sumpah Pemuda terancam.”
5 Fakta Menarik Diskusi Publik HMI Korkom Perintis:
-
Tema Kontekstual: Mengangkat ancaman ideologi digital dan disinformasi sebagai isu kebangsaan baru yang jarang dibahas secara komprehensif di forum pemuda.
-
Panelis Multidisipliner: Menghadirkan kombinasi unik antara aparat hukum, akademisi, pejabat pemerintah, dan tokoh HMI Sulsel.
-
Literasi Digital dan Nasionalisme: Menjadikan literasi digital sebagai bentuk baru pengamalan nilai Sumpah Pemuda.
-
Peserta Antarkampus: Diikuti mahasiswa dari berbagai universitas di Makassar, menandakan semangat lintas kampus dalam menjaga integritas kebangsaan.
-
Momentum Historis: Dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97, menegaskan kesinambungan nilai sejarah dan tantangan era digital.
Kegiatan ini menyimpulkan bahwa disinformasi dan ideologi digital merupakan bentuk penjajahan baru yang mengancam stabilitas nasional dan persatuan bangsa. Para peserta didorong menjadi “Agen Literasi Digital” yang menebar nilai kebenaran, toleransi, dan kebersamaan di dunia maya.
HMI Korkom Perintis melalui kegiatan ini membuktikan bahwa semangat Sumpah Pemuda masih relevan — bukan hanya dalam bentuk perjuangan fisik, tetapi juga perjuangan melawan disinformasi dan degradasi moral di ruang digital.
Dari ruang diskusi di Makassar, gema Sumpah Pemuda kembali bergema — kali ini bukan di medan perjuangan, melainkan di ruang digital. Pemuda hari ini tak lagi berjuang dengan senjata, tetapi dengan pikiran, literasi, dan etika bermedia. Sumpah Pemuda adalah kompas moral yang menuntun bangsa agar tidak tersesat di arus informasi global.










