![]() |
Dari Desa Ra’dak ke Menara Ilmu, Cahaya Pendidikan dalam Perjalanan Muh. Rezky Z |
Oleh: Anugrah Sapitri
Mahasiswa Ilmu Komunikasi
UIN Alauddin Makassar
Di tengah hamparan hijau Desa Ra’dak, tempat alam masih berbicara jujur tentang kerja keras dan kesederhanaan, lahirlah pada 19 Oktober 1998 seorang anak laki-laki bernama Muh. Rezky Z. Tak ada yang istimewa pada hari kelahirannya, kecuali satu hal: dari desa kecil itulah kelak tumbuh cahaya yang menembus ruang akademik dan dunia keilmuan.
Kini, nama itu dikenal dengan gelar S.Sos., M.Ikom—gelar yang bukan sekadar simbol akademik, melainkan jejak panjang perjuangan, peluh, dan keyakinan bahwa pendidikan mampu mengubah arah hidup siapa pun yang bersungguh-sungguh memperjuangkannya.
Ra’dak bukan desa besar, tetapi di sanalah Rezky belajar makna ketekunan. Ia tumbuh menyaksikan orang-orang bangun sebelum fajar dan kembali saat matahari tenggelam, tanpa kehilangan senyum. Dari kesederhanaan itulah ia memahami bahwa hidup bukan soal kelimpahan materi, melainkan tentang harapan, kerja keras, dan iman.
Nilai-nilai itulah yang kelak membentuk daya tahannya ketika berhadapan dengan realitas hidup yang tidak selalu ramah.
Langkah pendidikannya dimulai di SDN 133 Pewa, sekolah sederhana yang menjadi pintu pertama menuju dunia ilmu. Di sanalah Rezky belajar bahwa keterbatasan fasilitas tidak boleh membatasi semangat belajar. Pendidikan kemudian berlanjut ke MTs Muhammadiyah Pasui, tempat ia mengenal disiplin, nilai agama, dan keseimbangan antara doa serta usaha.
Pengalaman di bangku SMK semakin membuka kesadarannya bahwa setiap profesi adalah mulia selama dijalani dengan niat baik dan kejujuran. Dari sanalah ia menarik satu kesimpulan penting: pendidikan bukan sekadar fase, melainkan perjalanan seumur hidup.
Mimpinya membawanya ke UIN Alauddin Makassar, memilih jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI). Namun, kehidupan kota besar menghadirkan tantangan nyata: keterbatasan ekonomi.
Rezky bekerja sebagai pencuci motor dan pekerja bangunan demi bertahan di bangku kuliah. Siang dan malam tangannya bergelut dengan pasir, semen, dan lumpur. Ia memilih tidak mengeluh, karena baginya setiap tetes keringat adalah tiket untuk tetap belajar.
“Belajar dan bekerja” bukan semboyan kosong, melainkan irama hidup yang menuntunnya hari demi hari. Dalam kelelahan, ia memegang satu prinsip: ikhtiar maksimal dan doa yang tak putus.
Kerja keras itu berbuah manis. Pada tahun 2021, Rezky dinobatkan sebagai Lulusan Terbaik KPI UIN Alauddin Makassar. Penghargaan tersebut bukan hanya miliknya, melainkan kemenangan bagi seluruh proses panjang yang pernah ia jalani—dari kerja kasar hingga ruang akademik.
Perjalanan akademiknya berlanjut dengan beasiswa ke Universitas Hasanuddin (UNHAS) pada Program Magister Ilmu Komunikasi. Di titik ini, perjuangan masa lalu justru menjadi fondasi kedewasaan intelektualnya.
Kini, dengan gelar S.Sos., M.Ikom, Rezky memilih jalan mengajar, menulis, dan meneliti. Baginya, mengajar adalah amanah, menulis adalah jejak kebaikan, dan penelitian adalah upaya memahami dunia agar bisa memberi kontribusi nyata.
Ia meyakini bahwa ilmu yang tidak dibagikan adalah cahaya yang disembunyikan, sementara ilmu yang dibagikan akan menerangi banyak langkah.
Lima nilai hidup terus ia pegang teguh:
Belajar dan bekerja
Ikhtiar maksimal dan berdoa
Menebar kebermanfaatan
Menghargai setiap proses
Menjadikan pendidikan sebagai aset utama kehidupan
Meski telah melangkah jauh, Rezky tidak pernah meninggalkan akar. Setiap kali kembali ke desa, ia melihat anak-anak berlari di jalan tanah yang sama seperti masa kecilnya. Dalam mata mereka, ia melihat harapan yang menunggu bukti.
Di sanalah ia ingin berdiri—sebagai pengingat bahwa anak desa pun berhak bermimpi besar, dan bahwa keterbatasan bukan akhir, melainkan tangga menuju masa depan.
Perjalanan Rezky belum selesai. Masih banyak ilmu untuk dipelajari, tulisan untuk dibagikan, dan generasi untuk diterangi. Namun satu hal telah terbukti: asal mula bukanlah batas akhir.
Dari SDN 133 Pewa hingga gelar magister, dari cuci motor hingga podium akademik, kisah Muh. Rezky Z adalah cerita tentang cahaya yang tumbuh dari kesabaran, keyakinan, dan pendidikan.
“Jangan biarkan asalmu membatasi impianmu.
Biarkan impianmu memperluas masa depanmu.”




