-->
  • Jelajahi

    Copyright © NARASI RAKYAT
    Best Viral Premium Blogger Templates

     



     

    Iklan

    Mendidik dalam Pendidikan: Kisah Perjuangan Wiwintisari Mahis, S.Pd., Gr

    Satry Polang
    Senin, 29 Desember 2025, Desember 29, 2025 WIB Last Updated 2025-12-29T08:07:51Z
    masukkan script iklan disini
    banner 728x250

    Mendidik dalam Pendidikan: Kisah Perjuangan Wiwintisari Mahis, S.Pd., Gr



    Oleh: Nurvika Satya Handayani
    Mahasiswa Ilmu Komunikasi
    UIN Alauddin Makassar

    Di sebuah wilayah bernama Kawarasan, pada 26 September 1990, lahirlah seorang perempuan yang kelak mengabdikan hidupnya untuk dunia pendidikan. Namanya Wiwintisari Mahis. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana, jauh dari kemewahan materi, namun kaya akan nilai-nilai kehidupan: kejujuran, ketekunan, tanggung jawab, dan kesabaran. Sejak kecil, orang tuanya menanamkan satu keyakinan kuat yang terus ia genggam hingga hari ini—pendidikan adalah warisan paling mulia yang dapat diberikan kepada generasi berikutnya.

    Dalam kesederhanaan itulah karakter Wiwintisari dibentuk. Hari-harinya dipenuhi pelajaran tentang kemandirian dan rasa syukur. Ia tumbuh sebagai anak yang gemar belajar, senang membaca, dan memiliki empati tinggi terhadap orang lain. Bahkan sejak usia dini, ia kerap membantu teman-temannya memahami pelajaran. Tanpa ia sadari, kebiasaan kecil tersebut menjadi benih awal dari jiwanya sebagai seorang pendidik—seseorang yang menemukan kebahagiaan bukan dari sorotan, melainkan dari keberhasilan orang lain.


    Selama menempuh pendidikan dasar hingga menengah, Wiwintisari semakin menyadari betapa besar pengaruh seorang guru dalam kehidupan seorang anak. Ia melihat bagaimana kata-kata sederhana mampu menguatkan mental siswa, dan bagaimana perhatian kecil bisa menumbuhkan kepercayaan diri. Dari sanalah tekadnya menguat: kelak ia ingin berdiri di depan kelas, bukan hanya sebagai pengajar, tetapi sebagai pembentuk karakter dan penanam nilai kehidupan.

    Perjalanan menuju cita-cita itu tidak mudah. Keterbatasan ekonomi menjadi tantangan yang harus ia hadapi dengan keteguhan hati. Namun, kondisi tersebut tidak pernah ia jadikan alasan untuk berhenti bermimpi. Dengan semangat pantang menyerah, Wiwintisari melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan mengambil Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris. Masa perkuliahan ia jalani dengan penuh disiplin dan tanggung jawab, menyadari bahwa setiap proses adalah bagian dari pembentukan dirinya sebagai pendidik sejati.

    Usahanya membuahkan hasil. Ia meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.), lalu melalui proses pengabdian panjang sebagai tenaga honorer hingga mengukuhkan profesionalismenya dengan predikat Guru Profesional (Gr). Namun bagi Wiwintisari, gelar bukanlah puncak, melainkan awal dari tanggung jawab yang lebih besar.


    Langkah awal pengabdiannya dimulai di jenjang Sekolah Dasar sebagai guru honorer. Inilah fase terpanjang, terberat, sekaligus paling membentuk dalam hidupnya. Selama sepuluh tahun, ia mengajar dengan gaji yang jauh dari kata cukup, status yang tidak pasti, namun tanggung jawab yang sangat besar.

    Di tengah keterbatasan, Wiwintisari tetap memilih tersenyum di depan murid-muridnya. Ia mengatur penghasilan seadanya, menahan lelah fisik dan mental, serta menjaga kualitas pengajaran tanpa kompromi. Baginya, mengajar bukan sekadar pekerjaan, melainkan amanah dan ladang ibadah.

    Di ruang kelas sederhana, ia tidak hanya mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung, tetapi juga menanamkan nilai disiplin, kejujuran, kerja keras, dan rasa percaya diri. Ia percaya bahwa pendidikan dasar adalah fondasi kehidupan, dan ia ingin menjadi bagian dari fondasi itu—meski tanpa status yang mapan.

    Tahun demi tahun berlalu. Ujian datang silih berganti: kelelahan, rasa jenuh, hingga keinginan menyerah. Namun satu prinsip selalu ia pegang teguh: jangan mudah menyerah dan jangan menunda hal yang bisa diselesaikan hari ini. Setiap kesulitan ia jadikan sarana evaluasi diri, setiap keterbatasan ia ubah menjadi motivasi untuk terus berkembang.


    Puncak perjuangan itu tiba ketika Wiwintisari Mahis dinyatakan lulus dan diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tangis haru dan rasa syukur mengiringi sujud panjangnya. Sepuluh tahun pengabdian akhirnya berbuah manis. Bukan sekadar perubahan status, tetapi pengakuan atas ketulusan, kesabaran, dan konsistensi yang ia jaga selama bertahun-tahun.

    Seiring waktu, pengabdiannya berkembang hingga ke jenjang perguruan tinggi dan berbagai workshop pendidikan. Di hadapan mahasiswa, perannya semakin kompleks. Ia tidak hanya mengajarkan ilmu Bahasa Inggris dan materi akademik, tetapi juga menanamkan cara berpikir kritis, etika akademik, dan tanggung jawab sosial. Ia mengajak mahasiswa memahami bahwa ilmu harus bermuara pada kebermanfaatan.


    Sebagai pendidik, Wiwintisari dikenal sebagai sosok yang tegas namun humanis. Ia mendengarkan, membimbing, dan menguatkan. Ia memahami bahwa setiap peserta didik membawa latar belakang dan perjuangannya masing-masing—sebagaimana ia sendiri pernah berjalan dalam keterbatasan. Karena itu, ia memilih hadir sebagai teladan, bukan sekadar pengajar.

    Kesuksesan Wiwintisari Mahis tidak diukur dari jabatan atau gelar semata, melainkan dari jejak perubahan yang ia tinggalkan. Dari anak-anak yang dulu ia ajari membaca hingga mahasiswa yang kini siap mengabdi di masyarakat, semuanya menjadi saksi dari ketulusan pengabdiannya.

    Melalui kisah hidupnya, Wiwintisari menyampaikan pesan yang sederhana namun mendalam:
    bersabarlah dan ikhlaslah dalam menjalankan tugas, karena kesabaran dan keikhlasan akan membuka pintu rezeki dan kesuksesan yang lebih luas dari yang pernah dibayangkan.

    Kisah Wiwintisari Mahis adalah potret nyata makna “Mendidik dalam Pendidikan”—sebuah perjalanan hidup yang membuktikan bahwa cahaya ilmu akan selalu menemukan jalannya bagi mereka yang melangkah dengan iman, kesabaran, dan keikhlasan.

    “Jangan pernah mudah menyerah, dan jangan menunda hal yang bisa diselesaikan hari ini. Sebab usaha hari ini adalah pondasi keberhasilan di masa depan.”

    Komentar

    Tampilkan