-->
  • Jelajahi

    Copyright © NARASI RAKYAT
    Best Viral Premium Blogger Templates

     



     

    Iklan

    Rosmawati Perjuangan 13 Tahun Honorer Menuju Kesuksesan

    Satry Polang
    Rabu, 24 Desember 2025, Desember 24, 2025 WIB Last Updated 2025-12-25T07:13:11Z
    masukkan script iklan disini
    banner 728x250

    Rosmawati Perjuangan 13 Tahun Honorer Menuju Kesuksesan



    NARASIRAKYAT --- Di sebuah desa kecil di Kabupaten Kolaka Utara, pada 26 Juni 1988, lahir seorang anak perempuan bernama Rosmawati. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana namun hangat—keluarga cemara yang diidamkan banyak orang. Ayahnya adalah petani cokelat dan cengkeh yang setia menyapa pagi di kebun, sementara ibunya penjual salak yang setiap hari dengan senyum ramah menjajakan buah segar di depan rumah.

    Dalam kesederhanaan itu, cinta dan dukungan menjadi bahasa utama keluarga. Mereka berbagi tawa di meja makan, saling menguatkan di tengah keterbatasan hidup. Sejak kecil, Rosmawati menyaksikan betapa pentingnya kesehatan bagi keluarga petani seperti mereka. Melihat ayahnya bekerja keras di kebun dan ibunya lincah melayani pembeli, tumbuhlah satu mimpi dalam dirinya: menjadi perawat, agar bisa menjaga keluarga dan masyarakat desanya.

    Dengan tekad kuat, Rosmawati menempuh pendidikan D3 Keperawatan di kota terdekat. Usahanya berbuah manis—ia lulus cumlaude pada 2010, di usia 22 tahun. Tak lama berselang, ia diterima sebagai perawat honorer di puskesmas desanya, lalu melanjutkan pengabdian di puskesmas kecamatan.

    Namun, kehidupan honorer jauh dari kata mudah. Kontrak pendek, jam kerja panjang dari subuh hingga malam, serta beban administrasi tanpa kepastian status menjadi makanan sehari-hari. Di tengah kelelahan itu, keluarga kembali menjadi benteng terkuatnya. Salak segar dari tangan ibu seusai shift malam, doa ayah sepulang dari kebun, dan perhatian kecil yang menenangkan hati.

    Belum menikah, Rosmawati mendedikasikan seluruh waktunya pada satu tujuan: menjadi pegawai tetap agar kelak bisa membalas budi orang tua.

    Pada 2013, di usia 25 tahun, ia mendaftar CPNS untuk pertama kalinya. Belajar di sela-sela shift malam, mengorbankan waktu istirahat, ia menghadapi ujian dengan penuh harap. Namun hasil berkata lain—gagal. Tahun 2014 dan 2015, ia mencoba lagi. Dua kali lagi gagal.

    Tiga penolakan berturut-turut terasa seperti badai besar. Saat itu, Rosmawati telah lima tahun menjadi honorer. Tekanan semakin berat ketika kontrak hampir habis dan satu per satu rekan seangkatannya telah menjadi pegawai tetap. Namun keluarganya tetap berdiri teguh, seperti akar pohon cemara yang saling melilit dan menguatkan. Mereka memastikan Rosmawati tidak menyerah.

    Waktu terus berjalan. Dari 2010 hingga 2023, 13 tahun penuh Rosmawati setia mengabdi sebagai honorer di puskesmas desa dan kecamatan. Dukungan keluarga tak pernah pudar. Ibunya tetap menjual salak dengan semangat, ayahnya menyisihkan waktu dari kebun cokelat dan cengkeh untuk mendampingi sang anak.

    Memasuki usia 35 tahun, batas pendaftaran menjadi bayang-bayang menakutkan. Ini bisa menjadi kesempatan keempat—atau kesempatan terakhir. Keluarga berkumpul dalam doa, menguatkan Rosmawati agar tetap tegak menghadapi ujian hidup, seperti cemara yang tak tumbang diterpa angin kencang.

    Akhir 2023, Rosmawati mendaftar PPPK. Ujian tertulis ia kerjakan dengan tangan gemetar namun hati tenang. Tes kesehatan ia lewati meski tubuh lelah. Pada sesi wawancara, ia sampaikan kisah panjang pengabdiannya sebagai honorer dengan jujur dan penuh keyakinan.

    Desember 2023 menjadi titik balik hidupnya. Saat pengumuman keluar, tangis bahagia pecah di depan layar ponsel. Rosmawati resmi diterima sebagai PPPK Perawat. Setelah 10 tahun mencoba dan 13 tahun mengabdi sebagai honorer, mimpinya akhirnya terwujud.

    Kini, di usia 37 tahun, Rosmawati masih setia merawat pasien di puskesmas kecamatannya. Ia kerap berbagi kisah perjuangan kepada anak-anak muda di desanya—bahwa gagal tiga kali bukan akhir segalanya, dan honorer bertahun-tahun adalah pondasi, bukan aib.

    Dengan ikatan keluarga yang kokoh, Rosmawati membuktikan bahwa ketekunan mampu mengubah honorer menjadi abdi negara. Ia berdiri tegak, seperti pohon cemara di tengah badai—tak mudah tumbang, justru semakin kuat.

    Penulis : Adhelia Safitri

    Komentar

    Tampilkan