
![]() |
5 Fakta Menarik Program “Sejuta Tugal Padi Gogo” di Gunung Sari |
NARASIRAKYAT, Gunung Sari, 8 Oktober 2025 — Di tengah tantangan ketahanan pangan nasional, masyarakat Kampung Gunung Sari, Kecamatan Segah, Kabupaten Berau, justru tampil sebagai pionir gerakan pertanian berbasis gotong royong. Melalui peluncuran Program Ketahanan Pangan Nasional “Sejuta Tugal Padi Gogo” Tahap II, mereka menunjukkan bahwa kemandirian pangan dapat tumbuh dari desa, bukan semata bergantung pada bantuan pusat.
Program ini digagas dan digerakkan langsung oleh masyarakat setempat dengan dukungan Pemerintah Kampung Gunung Sari dan para petani lokal. Lahan yang dulunya terbengkalai kini disulap menjadi sumber kehidupan baru—hamparan padi gogo yang siap memberi manfaat jangka panjang.
Peluncuran resmi kegiatan ini dihadiri oleh berbagai unsur penting, di antaranya Kapten Arn Sarmidi (Danramil 0902-01/Segah), IPTU Lisnius Pinem, S.H. (Kapolsek Segah), Noor Alam, S.STP. (Camat Segah), M. Jabir (Kepala Kampung Gunung Sari), serta Dwi Rizky Ananda (Ketua DPC Pemuda Tani Indonesia Kabupaten Berau).
Kehadiran lintas elemen ini menjadi bukti kuat adanya kolaborasi nyata antara pemerintah, aparat keamanan, dan masyarakat dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Dalam sambutannya, Kepala Kampung Gunung Sari M. Jabir menegaskan bahwa program ini bukanlah kegiatan seremonial semata.
“Melalui semangat gotong royong, kami ingin menunjukkan bahwa Gunung Sari mampu menjadi contoh bagi kampung lain dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional dari desa,” ujarnya penuh keyakinan.
Ia juga menambahkan bahwa lahan kering bukan hambatan, melainkan peluang untuk membangun sistem pertanian yang adaptif dan berkelanjutan.
Sementara itu, Ketua DPC Pemuda Tani Indonesia Kabupaten Berau, Dwi Rizky Ananda, menyoroti peran generasi muda dalam transformasi pertanian.
“Petani muda tidak boleh hanya menjadi penonton. Mereka harus hadir di lapangan, berinovasi, dan memanfaatkan teknologi agar pertanian kita mandiri dan berdaulat,” tegasnya.
Program “Sejuta Tugal Padi Gogo” Tahap II ini merupakan lanjutan dari keberhasilan tahap pertama yang telah meningkatkan hasil panen dan menumbuhkan kemandirian desa.
Tahap kedua ini menitikberatkan pada perluasan lahan, peningkatan produktivitas, dan edukasi petani muda. Konsep “tugal” (menugal padi secara manual) menjadi simbol kesederhanaan, kerja keras, dan kesatuan masyarakat desa dalam membangun kemandirian pangan.
5 Fakta Menarik Program “Sejuta Tugal Padi Gogo” di Gunung Sari
-
Dari lahan tidur menjadi lahan produktif: Lebih dari 10 hektar lahan kering kini dimanfaatkan untuk penanaman padi gogo secara gotong royong.
-
Kolaborasi lintas generasi: Program ini melibatkan petani muda dan senior untuk saling belajar dan berbagi pengalaman.
-
Sinergi lintas lembaga: TNI, Polri, Pemdes, dan komunitas tani bersatu dalam satu visi — kemandirian pangan.
-
Dampak ekonomi lokal: Hasil panen tahap pertama berhasil menekan ketergantungan masyarakat terhadap beras impor.
-
Pertanian berkelanjutan: Padi gogo dipilih karena ramah lingkungan, tahan kekeringan, dan cocok untuk kondisi tanah Gunung Sari.
Dari Gunung Sari, semangat gotong royong tumbuh menjadi gerakan nyata menuju desa berdaulat pangan. Bukan dengan teknologi canggih, tetapi dengan hati yang tulus dan kerja keras yang berakar dari budaya bangsa.
Melalui program ini, Gunung Sari membuktikan bahwa ketahanan pangan sejati dimulai dari cangkul pertama di tangan rakyat desa.