
Oleh: Muh. Muslim Muchsi – Kabid PAO HPMT UINAM
NARASIRAKYAT, JENEPONTO, OKTOBER 2025 — Di tengah sorotan mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, sekelompok mahasiswa asal Jeneponto yang tergabung dalam Himpunan Pelajar Mahasiswa Turatea (HPMT) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) melahirkan sebuah gerakan reflektif sekaligus progresif bertajuk Turatea Space. Kegiatan ini bukan hanya forum diskusi biasa, tetapi ruang kolaborasi dan aksi nyata untuk menagih janji negara terhadap hak pendidikan yang merata.
Tepuk tangan meriah yang menggema di aula kegiatan bukan sekadar bentuk apresiasi, melainkan simbol kebangkitan intelektual pemuda daerah. Melalui Turatea Space, para mahasiswa Jeneponto membuktikan bahwa anak muda tak hanya mampu berbicara tentang perubahan, tetapi juga menjadi pelaku utama dalam mewujudkannya.
Menurut Muh. Muslim Muchsi, selaku Kabid PAO HPMT UINAM sekaligus penulis naskah ini, Turatea Space hadir sebagai bentuk kegelisahan kolektif atas kondisi pendidikan yang semakin tidak ramah bagi masyarakat menengah ke bawah.
“Pendidikan tidak boleh menjadi kemewahan yang hanya bisa dibeli oleh mereka yang berada di kota besar. Kami ingin membuka ruang kesadaran bahwa pendidikan adalah hak, bukan privilese,” ungkapnya.
Fenomena tingginya biaya pendidikan kini menjadi tantangan serius. Data dari CNBC Indonesia (2024) menunjukkan bahwa Makassar masuk dalam 10 kota dengan inflasi pendidikan tertinggi di Indonesia. Jika kota besar saja kesulitan menjaga keterjangkauan biaya pendidikan, maka kondisi ini jauh lebih berat bagi daerah seperti Jeneponto, di mana akses dan dukungan pendidikan masih terbatas.
Kenyataan ini menumbuhkan keresahan di kalangan mahasiswa HPMT UINAM. Mereka menyadari bahwa di balik statistik tersebut ada banyak mimpi yang kandas — anak-anak daerah yang harus menunda kuliah karena beban biaya. Melalui Turatea Space, mereka menyalakan obor kesadaran: bahwa beasiswa daerah adalah hak, bukan belas kasihan.
Turatea Space tidak berhenti pada forum wacana. Dari kegiatan ini lahir dorongan kuat untuk mewujudkan beasiswa daerah Jeneponto. Gagasan tersebut bukan sekadar bantuan finansial, tetapi investasi moral terhadap masa depan generasi muda. Setiap rupiah yang dikucurkan adalah benih harapan yang menumbuhkan keberanian untuk bermimpi dan membangun daerah sendiri.
Beasiswa dianggap bukan sekadar angka dalam rekening, tetapi bukti kepercayaan dan amanah moral. Setiap penerimanya membawa tanggung jawab untuk membalas kepercayaan itu melalui ilmu, pengabdian, dan kontribusi nyata bagi daerahnya.
Lima Fakta Menarik Tentang Gerakan Turatea Space
-
Digagas oleh mahasiswa Jeneponto di UINAM, menunjukkan kepedulian diaspora muda terhadap daerah asalnya.
-
Berfokus pada isu keadilan akses pendidikan, terutama bagi pemuda dari keluarga kurang mampu.
-
Menghadirkan rekomendasi konkret berupa pembentukan program beasiswa daerah.
-
Menjadi wadah refleksi dan solidaritas antar mahasiswa Jeneponto lintas kampus dan organisasi.
-
Mendorong pemerintah daerah meninjau kembali kebijakan pendidikan agar berpihak pada pemerataan kesempatan belajar.
HPMT UINAM tidak hanya menunggu perubahan datang dari atas. Mereka bergerak dari bawah — dengan idealisme, intelektualitas, dan cinta terhadap kampung halaman. Gerakan ini menjadi tamparan lembut namun bermakna bagi para pemangku kebijakan: bahwa janji konstitusi tentang pendidikan gratis dan merata harus diwujudkan, bukan sekadar diucapkan.
“Mahasiswa tidak sedang menuntut kemewahan, tetapi hak dasar. Kami bergerak karena yakin perubahan hanya lahir dari keberanian untuk bertindak,” tegas Muslim Muchsi.
Turatea Space telah menjadi titik balik kesadaran kolektif anak muda Jeneponto: bahwa masa depan bukan untuk ditunggu, melainkan diperjuangkan.
5 Fakta Inspiratif dari Turatea Space
-
Turatea Space diinisiasi oleh HPMT UINAM sebagai wujud kepedulian terhadap masa depan pendidikan Jeneponto.
-
Fokus utama gerakan adalah membuka jalan menuju beasiswa daerah yang berkeadilan.
-
Melibatkan pemuda lintas kampus untuk menciptakan sinergi perjuangan pendidikan.
-
Mengangkat tema besar: “Ketika Pendidikan Jadi Kemewahan.”
-
Mendorong kesadaran publik dan pemerintah untuk mengembalikan makna pendidikan sebagai hak, bukan privilese.
Turatea Space bukan sekadar gerakan, melainkan cermin dari nurani kolektif mahasiswa Jeneponto yang menolak diam di tengah ketimpangan pendidikan. Dari ruang kecil di kampus, mereka menyalakan api perubahan yang kelak akan membakar semangat daerah menuju masa depan yang lebih adil, cerdas, dan berdaya.